Sunday, November 30, 2008

Biarkan Saja

Sebentar lagi maghrib, si kawan juga lagi asik menonton video2 heboh dengan volume yg tak kalah dgn orkes keliling di kampung2. Kusempatkan saja kirimkan sebaris kata kepada dia. Berharap agar dibalas sedikit lebih cepat dari biasanya, ya, mungkin karena sudah lama tdk melihatnya. Bertahan lebih lama mungkin tdk apa2. Toh gak kelihatan juga. 

Wah, ternyata ada lagi yg baru, yg belum sempat kami perbincangkan seperti tiap malam dahulu. Aku ingat waktu dia mungkin tertawa karenaku, semoga bukan pura2. Tapi tetap saja sekarang beda, waktu sudah berubah, kepentingan pun berubah, rasa juga pasti ikut berubah. Apalagi pergaulan sudah lebih jauh berubah dari sebelumnya ketika kami saling mengejek waktu itu. Apa sekarang masih seperti dulu? Hah, biar sajalah, jangan ambil pusing, sekarang saja sudah pusing.

Waduh, tumben dibukanya messenger senja ini, baru kali ini. Kulihat sebentar, dan seperti yg sudah kuduga, sibuk katanya, walau aku tahu itu hanya pura2.

Apa kuhubungi dia sekarang saja? Gak ah, sholat dulu aja :)

Saturday, November 29, 2008

Untuk Sebuah Senyuman

Untuk sebuah pertemuan 
Antara siang dan malam, hitam dan putih 
Yang belum terjadi perjabatan hingga saat ini 

Untuk waktu yang cukup lama 
Hanya sebatas mengenal nama 
Aku dan siapa, dia dan dirinya 

Untuk waktu yang telah lalu 
Yang belum sempat kita sampaikan kata 
Kepadanya, dalam dunia yang berbeda 

Untuk sebuah senyuman
Yang datang, lalu sepintas menghilang
Kepadanya, kepadamu aku rindu 
Juga tentang suara, pernah kudengar tak sengaja 
Dari sana, dari bisik-bisik tetangga

Dan untuk sebuah cinta 
Untuk kamu, Mata Hatiku 

* untuk rangkaian kata yg belum sempat terucap  

–ntar diedit lg deh–

Kalaupun Aku Harus Pergi

Sejak terdengar berita, saat harapan akan berubah menjadi suatu kebanggaan. Dengan keinginan yang tampak menggebu-gebu. Tapi nyatanya, menjadi semakin jauh dan tak berarti. Kian terpuruk dihabisi tingkah polah yang tidak biasa di mata kami. Menjadikan gaya bahasa dan cara bicara yang semakin sulit dikenali. Dengan isyarat yang sangat jauh menembus batas-batas manusia sepertiku. Lalu ketika seseorang bertanya mengapa. Mudah ku rasa, agar tidak ada yang sia-sia, tidak ada yang kecewa dan dikecewakan. Dan mungkin akan lebih baik jika aku pergi saja.

* kita hanya bisa membayangkan dan memikirkan, namun kenyataannya akan lain

Tanya

Mereka bertanya kepada angin, kepada hamparan gunung-gunung
Tentang apa yang kita cari, apa yang kita inginkan
Lalu bertanya kepada sepi, kepada malam di lembah sunyi
Tentang apa yang kita beri, apa yang kita korbankan
Dikala sendu, rindu yang kian mendayu
Dalam tawa di balik wajah-wajah palsu
Kita tidak pernah tahu apa yang semestinya kita lakukan
Sungguh, kita tidak akan pernah bisa mengerti

Kepada Seseorang

Rasanya baru kemarin aku duduk santai di bawah atap sebuah warung di Banjarbaru. Bersembunyi dari panas matahari yang saat itu tak pilih-pilih membakar apa saja yang berada di bawahnya, sambil mendengarkan orang-orang yang sedang asik bercerita tentang dirimu. Dan aku pun tahu bahwa sangat wajar jika gadis sepertimu begitu banyak diperbincangkan oleh orang yang secara langsung ataupun tidak langsung kenal denganmu.

Rasanya juga baru kemarin aku mencari-cari celah di antara kerumunan wajah yang aku pun tak tahu pasti siapa itu, aku hanya mencari celah untuk memperhatikanmu Bintangku. Biarlah, aku hanya bisa menikmati bias seribu sinar-cahaya bulanmu dari kejauhan. Aku sangat takut mendekatimu walaupun sekedar untuk mengucap salam, atau sedikit basa-basi seperti menanyakan kabar dan kesibukan-kesibukanmu. Aku takut membuatmu malu jika mereka tahu kau sedang bicara padaku, itu saja.

Manisku,
andai setiap orang di dunia ini bertanya padaku dalam tiap detik yang berbeda, apakah aku menyukaimu. Tentu jawabannya akan sama, karena aku bukanlah orang munafik yang bisa berpura-pura lalu berkata kalau aku tidak memiliki perasaan apa-apa padamu. Tapi apalah, menurutku itu tidak terlalu penting bagimu. Kupikir masih banyak orang lain yang sangat layak menggapaimu di langit sana, dibanding aku yang sangat biasa.

 

Aku sudah pernah merasakan panasnya angin yang menghempas bebatuan di tepi-tepi jalan kotaku

Atau angin malam Bukit Pelawangan yang tak kenal ampun menusuk hingga ke dalam rusuk

Tapi belum pernah kurasakan hal terindah jika aku di dekatmu

Dengan sedikit banyak percakapan tentang angin dan laut

Hingga membuat kita lupa akan masalah-masalah hidup yang sudah terlalu sering kita pikirkan

Dan kita akan sama-sama terhanyut dalam belaian sang malam

Ketika aku memikirkan tentang bulan dan bintang, tentang aku dan dirimu


 

Manisku,
sekarang kuharap kau tahu akan apa yang sesungguhnya terjadi pada hatiku. Aku tidak memintamu untuk membalas tulisan tak berharga ini. Juga tidak memintamu meluangkan sedikit kata untuk menanggapi atau menjawab sebuah tanya yang tersirat dalam surat ini. Mungkin aku sudah tahu pasti jawaban itu jauh sebelum adanya kisah cinta antara Rama dan Sinta.

Aku tahu datangnya surat ini sangat mengganggumu dan mungkin sampai-sampai membuatmu tidak tenang menjalani setiap detik hari-harimu. Tapi aku sungguh tidak ingin berlama-lama menyiksa diri dengan keadaan ini. Dan jangan pernah salahkan aku atas perasaan ini, karena aku tidak pernah memilih untuk mencintaimu Sayangku.

 
Cyberjaya, 26 Agustus 2008
Pukul 3 dini hari, ketika rintik hujan mengiringi desir angin yang kian terasa, dan resah gelisah menyelimuti hati karena akan menghadapi ujian besok.

Waktu

Entah bagaimana caranya aku bisa kembali pada masa-masa yang sangat aku rindukan
Ketika tangis dan tawa bukan menjadi soal yang wajib untuk dipertanyakan
Ketika perkataan belum bisa mengungkapkan apa-apa
Kau dengar aku kawan?
Rintik hujan di pagi itu seakan membawa kita pada suatu keadaan dimana kita harus merenung, dimana kita harus menyadari
Bahwa hidup bukanlah suatu permainan yang tanpa aturan

Entah bagaimana caranya kalian bisa hadir kembali di sampingku saat ini
Mengajakku ke suatu tempat yang penuh dengan akar putih untuk kita cabuti
Atau merayap-rayap di sela pohon kecil berduri, lalu berlari tanpa henti

 

*buat sahabat2 kecilku

Satu

Pasti ada awal...