Saturday, November 29, 2008

Kepada Seseorang

Rasanya baru kemarin aku duduk santai di bawah atap sebuah warung di Banjarbaru. Bersembunyi dari panas matahari yang saat itu tak pilih-pilih membakar apa saja yang berada di bawahnya, sambil mendengarkan orang-orang yang sedang asik bercerita tentang dirimu. Dan aku pun tahu bahwa sangat wajar jika gadis sepertimu begitu banyak diperbincangkan oleh orang yang secara langsung ataupun tidak langsung kenal denganmu.

Rasanya juga baru kemarin aku mencari-cari celah di antara kerumunan wajah yang aku pun tak tahu pasti siapa itu, aku hanya mencari celah untuk memperhatikanmu Bintangku. Biarlah, aku hanya bisa menikmati bias seribu sinar-cahaya bulanmu dari kejauhan. Aku sangat takut mendekatimu walaupun sekedar untuk mengucap salam, atau sedikit basa-basi seperti menanyakan kabar dan kesibukan-kesibukanmu. Aku takut membuatmu malu jika mereka tahu kau sedang bicara padaku, itu saja.

Manisku,
andai setiap orang di dunia ini bertanya padaku dalam tiap detik yang berbeda, apakah aku menyukaimu. Tentu jawabannya akan sama, karena aku bukanlah orang munafik yang bisa berpura-pura lalu berkata kalau aku tidak memiliki perasaan apa-apa padamu. Tapi apalah, menurutku itu tidak terlalu penting bagimu. Kupikir masih banyak orang lain yang sangat layak menggapaimu di langit sana, dibanding aku yang sangat biasa.

 

Aku sudah pernah merasakan panasnya angin yang menghempas bebatuan di tepi-tepi jalan kotaku

Atau angin malam Bukit Pelawangan yang tak kenal ampun menusuk hingga ke dalam rusuk

Tapi belum pernah kurasakan hal terindah jika aku di dekatmu

Dengan sedikit banyak percakapan tentang angin dan laut

Hingga membuat kita lupa akan masalah-masalah hidup yang sudah terlalu sering kita pikirkan

Dan kita akan sama-sama terhanyut dalam belaian sang malam

Ketika aku memikirkan tentang bulan dan bintang, tentang aku dan dirimu


 

Manisku,
sekarang kuharap kau tahu akan apa yang sesungguhnya terjadi pada hatiku. Aku tidak memintamu untuk membalas tulisan tak berharga ini. Juga tidak memintamu meluangkan sedikit kata untuk menanggapi atau menjawab sebuah tanya yang tersirat dalam surat ini. Mungkin aku sudah tahu pasti jawaban itu jauh sebelum adanya kisah cinta antara Rama dan Sinta.

Aku tahu datangnya surat ini sangat mengganggumu dan mungkin sampai-sampai membuatmu tidak tenang menjalani setiap detik hari-harimu. Tapi aku sungguh tidak ingin berlama-lama menyiksa diri dengan keadaan ini. Dan jangan pernah salahkan aku atas perasaan ini, karena aku tidak pernah memilih untuk mencintaimu Sayangku.

 
Cyberjaya, 26 Agustus 2008
Pukul 3 dini hari, ketika rintik hujan mengiringi desir angin yang kian terasa, dan resah gelisah menyelimuti hati karena akan menghadapi ujian besok.

No comments: