Mendengarkan celoteh tentang kejadian yang kalian alami di Banjarbaru tanpa kehadiranku, sepertinya lebih menarik daripada aku harus bicara tentang keseharianku menyusuri jalan kompleks apartemen menuju kampus biruku. Apalagi tentang sopir taksi Tamil yang sukanya menaikkan tarif menjadi sangat sulit diterima akal pikiran manusia-manusia normal seperti kalian.
Aku tak pernah bosan bicara soal Banjarbaru kita yang panas. Orang-orang yang terbiasa dengan sapuan debu dari truk-truk batubara yang kapan saja bisa membentur kepala anak-anak kampung Sungai Besar, lalu kabur begitu saja.
Lima belas menit lagi seharusnya menjadi waktu yang paling kita tunggu pada satu atau dua tahun silam.
Aku jadi teringat lagi dengan penunggu Minggu Raya yang paling terkenal se-Kota Idaman. Bagaimana tidak, kurasa semua lelaki yang telah singgah di sana pernah digodanya. Hih!! Andai aku tak takut pada apa-apa, kupenggalkan saja kepalanya, lantas kupajang di depan rumah Pak Wali yang terhormat itu.
Banyak sudah yang kita lewati di Banjarbaru kita, lama sudah kita lalui. Lalu diam-diam kukatakan padamu, "bagaimana jika persimpangan jalan ini merupakan tempat terakhir pertemuan kita? apa kau akan tetap mengingatku sampai habis waktunya nanti? apa kau masih mau mengingat dan menelaah setiap kata yang pernah terucap dari mulutku? apa kau akan tetap setia dengan lagu-lagu yang biasa kita nyanyikan ketika menyambut fajar, ketika menunggu senja, ketika purnama, ketika segala perkara menyatu dalam egoisme yang sama?"
Friday, December 26, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
4 comments:
haih-haih..tunggu ya ja, nita bikin petanya dulu
kompleks apartemen di malay - banjarbaru - kampung sungai besar - minggu raya - persimpangan jalan
emang mau kemana seh? nyasar? *becanda teja ^.^v
pertanyaannya
kemana kah akhir perjalanannya?
jangan lupakan juga bro, qt mpir ditilang polisi cuma gra" mojok di pinggiran trotoar lap murjani..
"ingat juga ketika kita memalsukan identitas kita,,
ada juga tentang anak kecil yang ditanya mengenai kartu identitasnya,, memalukan..
ingat juga saat kita mencoba mngumpulkan dana sedikit dmi sdikit demi msa dpan gnrz, yg akhirny hnya msuk k dalam kantong kita, bahkan sdah msuk k dalam perut.. sungguh malang nasib qt saat itu.."
@ Nita
gmn Nita?
dah jadi petanya? hHe.
aku pun tak tahu pasti akan dibawa kemana langkah kaki ini, hanya berharap persimpangan itu berakhir di penghujung yg sama. paling tidak masih dalam jarak yg sama2 bisa kita gapai..
@ Upi
wahini ada kita bisi bekingan polisi:D jd santai ja..
hahahahahaa....
?????????
Post a Comment