Setelah semua ku alami, rasanya ingin lagi aku duduk santai di bawah pohon ketapi yang sejuk, di pinggir sungai kecil tempat dimana aku dulu terbiasa menghabiskan hari agar tidak terlalu membosankan. Sambil melakukan pembicaraan santai bersama Helda, Irma, Sella, dan Lidia. Atau tidur-tiduran setelah melakukan pekerjaan ringan bersama Heri, Rio, juga Hami. Tentu semua itu tidak terlalu berlebihan, apalagi jika dibandingkan dengan segala yang tengah ku lakoni.
Lekaslah, panggil aku lagi. Ajak aku bercerita tentang hal-hal yang paling biasa di antara kita, pembicaraan yang paling sederhana, agar kita sama-sama bisa mengerti.
Sekarang mungkin aku lupa, diam saja dan tak banyak bicara. Tapi tenanglah, aku bukan orang yang begitu saja mudah terbawa oleh irama kehidupan di luar tradisi kita. Aku akan tetap menjadi salah satu bagian dari peranan yang telah lama kita tentukan, dan aku akan tetap cinta...
* teringat ketika kita masih sering menikmati sapuan angin di atas tanah merah pembataan, sekalian menyanyikan lagu untuk memanggil undur-undur agar segera keluar dari tidurnya yang lelap
Saturday, January 31, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
hanya lupa? lupa akan apa sebenarnya?
tersiratkah di frasa 'irama kehidupan di luar tradisi kita' ?
mf ak sok tau.
penasaran ja, jelasin lbh konkret lg dong diskripsinya..
bisa jadi hanya pura2 lupa Nov..
hanya merasa kurang(tdk) nyaman..
makanya Nov, sering2 temaniku, hHe.
Post a Comment